Membenci waktu

Tik…tik…tik.. aku benci dengan waktu, ia tak pernah menungguku, tak pernah menunggu siapapun, tik..tik..tik.. aku benci ketika melihat waktu, ia membuatku terburu – buru dan panik, tik…tik…tik aku benci ketika mengikuti waktu, ia mengingatkanku kepada semua tanggung jawab yang belum terselesaikan, tik…tik…tik… aku benci ketika bergantung pada waktu, ia mendekatkanku kepada akhir hayatku. “Time waits for no one” kalimat yang aku temukan di sebuah movie science fiction romance yang berjudul The Girl Who Leapt Through Time, iya benar waktu tidak menunggu siapapun, ia tidak peduli kalian seorang presiden, polisi, dokter, profesor, orang biasa, anak – anak, ia akan terus berjalan dan berlari tanpa pernah berhenti.

Ia berjalan sangat jauh hingga seringkali kita membenci, memaki, tapi ia tidak peduli. Setiap jejaknya meninggalkan kita sebuah kenangan yang biasa kita sebut sebagai “masa lalu”. Aku benci kepada waktu, ia tidak bisa diminta untuk berjalan lebih lambat, berjalan lebih cepat atau bahkan berhenti, yah ilmuan berkata “bergeraklah dengan kecepatan cahaya, maka engkau akan dapat mengejar waktu”, dibutuhkan usaha sebegitu besarkah untuk memperlambat langkahmu?.

Waktu terus berjalan dengan pasti, meski terlihat pelan, walaupun aku coba memecahkan jutaan jam yang ada didunia ini, sejatinya engkau tetap berjalan. Ketika kita lengah, ia berlalu dengan sangat kencang, bagai mobil dengan roket, ia berlalu dalam sekejap mata dan yang tertinggal hanyalah penyesalan. Bahkan untuk satu detik saja ia tak akan terulang kembali. Tapi kini aku menyerah terhadapmu, aku mengaku kalah dan aku benci mengakuinya. Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga, engkau ada sebagai pengingatku disaat aku putus asa, disaat aku menyerah untuk tetap bangkit dan mencoba lagi di hari esok. Aku setiap hari menantang waktu untuk berlomba, untuk mengisi hari dengan sesuatu yang ketika menjadi sebuah masa lalu aku tidak akan menyesal karenanya.

Pengantar tadi aku tulis ketika aku terjebak di dalam kebodohanku bermain – main dengan waktu hingga penyesalan datang karena suatu hal yang harusnya aku dapatkan 2 tahun lalu baru aku selesaikan sekarang. Aku sendiri tidak pandai dalam manajemen waktu, aku hanya berusaha untuk mencapai targetku hari demi hari dengan menulisnya di sticky note dan menyelesaikannya satu per satu, yah walaupun sering overwhelming. Tahukah kalian BJ Habibie hanya tidur 4 jam dalam sehari? ia adalah orang Indonesia pertama yang memegang 46 paten dalam bidang aeronautika. Jika sehari hanya 24 jam, maka 20 jam ia gunakan untuk belajar, melakukan penelitian, membaca dan menulis buku serta hal lainnya yang bisa membuat beliau seperti sekarang. Berapa jam waktu kalian digunakan untuk main atau tidur saja?

Coba lihat, dalam satu hari ada 24 jam, 7 hari dalam seminggu, sekitar 8-10 jam aku gunakan untuk bekerja, ketika aku freelance bisa 10-12 jam ngoding. Kemudian waktu tidur, jika menurut aturan kesahatan demi menjaga kegantengan 7-8 jam sehari, total sudah 16 Jam. Waktu ngelamun, mandi, makan, perjalanan, shalat yang lain – lain 2 Jam, total sudah 18 Jam. Sekarang sisa 6 jam bisakah kita memanfaatkan waktu itu dengan baik, beberapa menit atau beberapa jam mungkin sudah terbuang percuma seperti saat ketika baru datang di tempat kerja dan aktivitas belum dimulai kita cuma menghabiskan waktu untuk ngobrol ndak penting, update status atau stalking, waktu nunggu antrian makan yang panjang atau ketika menunggu waktu tidur.

Setiap orang mungkin punya definisi yang berbeda – beda terhadap waktu, kalau hidupnya tidak memiliki target spesifik, waktu hanya sekedar jam yang berlalu, jalani dan nikmati saja hidup apa adanya. Tapi bagiku tidak demikian, kalau Habibie tahu bisa memegang hak paten, kenapa beliau harus menghabiskan waktu untuk main atau tidur? iya benar, justru bukan tersesat di dunia ini karena terlalu sibuk, tapi itu adalah cara mensyukuri dan menghargai waktu yang diberikan Allah untuk kehidupan kita. Ketika aku minta bantuan seseorang untuk melakukan sesuatu, aku berterima kasih bukan hanya untuk tenaga dan pikiran yang ia berikan, tetapi waktu mereka yang sangat berharga yang tidak kembali dan tidak bisa aku ganti dengan apapun di dunia ini. Semoga tulisan ini selalu menjadi pengingatku untuk mengalahkan waktu, kebencianku terhadapnya masih membekas, tapi……

….akulah yang sebenarnya membuangmu dan sering tidak peduli padamu.

We must use time wisely and forever realize that the time is always ripe to do right.
– Nelson Mandela

 

11 pemikiran pada “Membenci waktu

Tinggalkan komentar