PERTENTANGAN HASRAT, MIMPI ABADI

            “Pergi, , , pergi yang jauh, , , tenang saja…aku bisa sendiri, aku bisa tanpamu Rin”.

            Hana terjerat nyata mimpi buruknnya,,, “Walaupun jalan kita berbeda,,,aku,,,aku tetap kuat,,”, tekanan atmosfirnya meluap dalam tidurnya, hingga akhirnya dia terbangun.

            “HENTIKAN . . .”, teriak Hana, “aku lelah,,”, dia bangkit dari tempat tidurnya, “aku butuh rileks” dia berjalan  ke kamar mandi, mencuci mukanya yang lelah,, menatap duplikatnya di cermin, menatap dalam matanya, menatap jauh dirinya yang lain, mengingat retaknya ikatan dekatnya dengan Arin, teman Hana sejak kecil yang seperti saudara.

            Ingatan itupun mengambang, terlukis jelas di cermin. Mulai emosi Hana naik, membangkitkan dasar imajinasinya, jari – jarinya mulai bergetar, matanya mulai layu, membakar dirinya di cermin yang mempengarui nafas jahatnya, dia melihat matanya memerah, kukunya tumbuh tajam, matanya berubah menatap jahat, menunjukkan tawa iblis, Hana hanya meliat duplikat dalam cermin dirinya sambil menangis, “biarkan aku sendri…” teriak Hana.

            “AKU ADALAH KAMU” teriak Hana dalam cermin,

            “Jangan bersembunyi, tunjukkan kamu kuat, tunjukkan pada mereka”,

            “TUNJUKKAN PADA SEMUA ORANG YANG MENENTANGMU”,

“AAAGGhhh…. Aku punya jalan sendiri, aku tahu mereka mengakui keberadaanku, aku tahu mereka butuh aku, aku bukan orang yang tersingkir, aku bukan pecundang”, jerit Hana,  “Hmmm,,, tapi mengapa Arin membencimu???”, balas duplikatnya di cermin,,, “itu hanya waktu yang salah menunjukkan dia bahwa kita saling memiliki”, desah Hana pelan menahan  rasa putus asanya.

            “Kamu hanya takut..”, seakan menguat ilusi dari dalam dirinya, dari cerimin keluar bayangan tangannya meraih wajah Hana, Hana berteriak, menarik nafas dalam dan  mencoba teriak, tiba – tiba suasana dingin itu mencair, hanya memberkas bayangan normal di cermin, pertentangan hati itu menciptakan dunia yang gelap di mata Hana, segelap malam itu yang sepi.

            Hana kembali ke kamar dan duduk di kasur, terbayang ego dan sifat kerasnya yang menciptakan ketakutan dirinya. “Hey,,, jauh dalam dirimu,, kamu merasa rendah,, kamu selalu berfikir mendapatkan sesuatu yang salah,,, hahaha,,”, teriak batinnya,, Hana hanya menangis,,, hiks,,hiks,,hiks,,, maaf,, aku,, maaf,,hiks,,.

            Aaaaaaahhhh,, Hana sadar atas semua perasaan buruknya, imajinasi negatifnya, jiwa tertidur membawa neraka, bangkit dari kematian sesaatnya karena perjalanan mengerikan itu hanya bunga tidurnya dari hasrat lelahnya terhadap Arin yang selalu jadi teman terbaik selama hidupnya, pesan itu merasuk melekat dalam pikiran dan batinnya.

            Di buang semua prasangka buruknya, memulai hari dengan sikap positifnya dan membangun dirinya dengan arti yang kuat sesungguhnya….

            I’m strong, I can do it, I’m still alive between them,

NAMAKU LIFSTIN

Dia orang yang keras, tak satupun pemikiran orang di sekitarnya sejalan dengan egonya, “kenapa sech ibuk g’ pernah tahu apa mauku”, jerit Lifstin kepada ibunya, tetangga sekitar memperhatikan, tapi Lifstin tidak peduli, itu semua baisa setiap hari, walaupun dalam hatinya dia tahu itu salah, tapi dia tidak bisa menahan emosinya, dia hanya pergi.

Dia berangkat sekolah, di jalan dia bertemu dengan Siska dan Ringgo, 2 temannya yang selalu menentang Lifstin, atau bisa di bilang rivalnya, seperti anjing dan kucing, Ringgo yang sering mengejek Lifstin, “hey chicken whuss,,” dan Siska hanya tertawa, Lifstin hanya memandang tajam mata mereka, bahkan perjalanan menuju sekolahpun tidak mudah buat dia, ejekan itu membuat pribadinya terbentuk keras dan liar, setiap hari dan setiap hari, di sekolahpun seperti itu, semua siswa memanggilnya dengan sebutan chicken whuss.., entah apa hubungannya, itu hanya karena Lifstin agak tomboy dan sedikit hyperactive.

Tekanan itu yang selalu meluapkan amarahnya, bel masuk berbunyi, saat itu pelajaran kimia, gurunya pak Adim, guru yang tidak bisa di toleransi, siswanya selalu tenang saat kelasnya, karena semua siswa segan padanya, saat itu ujian bab Redoks, tak satupun soal selesai di kerjakan oleh Lifstin, padahal waktu 30 menit sudah terbunuh. Tiba – tiba di meja terlempar kertas remasan, kertas itu di lempar oleh Siska dari bangku belakang sebelah kanannya, Lifstin membuka kertas itu dan langsug membacanya, betapa meluap gregetnya membaca tulisan yang berisi, “mau pintar, makannya belajar, chicken whuss g’ belajar ya..idiot”, amarahnya tidak bisa di tahan, diremas kembali kertas itu dan langsung di lempar ke wajah Siska sambil teriak, “aku bukan chicken whuss bodoh..”, jeritan itu menghancurkan ketenangan di kelas, Siska langsung berdiri dan membalas, “hey, apa yang lo lakuin..”, Sebelum kata – kata itu selesai di ucapkan, teriakan Lifstin menebasnya,”Hentikan..”, “ Cukup…!!” teriak pak Adim.

Semua siswa yang tahu sikap pak Adim memang keras, langsung diam. “Lifstin, Siska duduk!!, kalian mengacau di kelas bapak,, tidak ada satu siswa yang berani sebelumnya”, Siska hanya menjawab, “maaf pak”, “diam, bapak tidak suruh bicara”, potong pak Adim, semua kelas tenang, sepi tak ada suara sedikitpun, kecuali detak jam, “tik,,tik,,tik”, “Lifstin kenapa??”, tanya pak Adim.

 Lifstin menunjukkan kertas Siska, pak Adim memang juga tahu kalau “chicken whuss“ yang di maksud adalah Lifstin karena setiap hari mereka memanggilnya begitu. “Cukup semua ini, katakan apa yang ingin kamu katakan”, perintah pak Adim kepada Lifstin,

Lifstin sesaat diam, hingga akhirnya terkumpul semua keberanian dari dalam dirinya untuk di akui orang lain, “Namaku Lifstin, bukan chicken whuss, aku tidak tahu kenapa kalian terus mengejekku, nama ini yang memberikan ibukku, seseorang di dunia ini yang aku sayangi, seseorang yang selalu menjagaku, yang selalu menganggap aku ada lebih dari apapun, walupun aku tidak bisa menunjukkan perasaan itu, tapi tolong hentikan semua ini, maaf lak aku jadi orang yang tidak menyenangkan, tapi aku bisa berubah kan, kita teman kan”.

Air mata itu menetes seiring kata – katanya keluar dari bibir kecilnya. Semua siswa hanya diam, Ringgo berdiri dan bilang “Lifstin maaf ya kalau selama ini ejekanku buat kepribadianmu berubah, aku sadar kamu dulu nggak gini, jadi maaf”, Lifstin langsung jawab “iya gpp”, sambil mengusap air matanya, teman – temannya serentak juga minta maaf, hingga Siska datang di depannya diraihnya tangan Lifstin dan bilang, “maaf ya.. namamu bagus Tin”, Lifstin tersenyum “makasih..”,

“Masalahnya selesai kan?”, kecap pak Adim, “tapi kalian tetap di hukum, Lifstin, Siska sekarang ke lapangan dan hormat bendera merah putih sampai jam pelajaran saya selesai”, mereka hanya menurut, tapi di sisi lain hati Lifstin langsung meleleh, kekacauan itu membunuh 1 jam waktu ujian tadi, pak Adim tak pernah seperti ini sbelumnya, dia bilang “ujian di batalkan, ujian bab Redoks akan di gabung dengan bab selanjutnya”, entah mengapa semua siswa senang, sekali lagi itu semua membawa arti dan semangat buat Lifstin, dalam hatinya teriak sekali lagi, namaku Lifstin, mereka tahu dan akan mengingatnya.

KASIH DI HPKU

            Bosan aku di rumah, hari ini terik buat aku nggak betah di luar, tapi aku sendirian di rumah, semua orang pergi keluar kota, langsung kuputuskan internetan aja, sampai disana ternyata nggak banyak orang, itu lebih baik, internetnya lebih cepat.

            Seperti biasa aku update antivirus, download beberapa lagu jepang, buka facebook,, entah mengapa hasratku mendorong pointer mouseku ke aplikasi chatting, aku masuk Room nama kota, aku ketikkan Gresik, Surabaya, Sidoarjo, tapi aku nggak coba memulai masuk nick orang, aku biarin begitu dengan nickname “NarutoX1”. Sambil aku tinggal browsing, karena haus aku beli es jus di seberang.

            Saat aku kembali ternyata dalam aplikasi chattingku ada seseorang dengan nickname “Cinderela” menyapaku, “hi Naruto, Hinatanya mana? Ikut nggak? hehe”, sambill senyum langsung aku respon, “Hi juga cinderela, salam kenal, sudah dapet pangerannya ta?”, dia dengan cepat membalas, “Belum, kamu mau ta jadi pangerannya?, aku tersenyum lagi, “boleh cin?hehe, namamu siapa?anak mana?”, dia lama balas pesanku, ya aku cuma bisa menunggu sambil minum esku.

            Setelah 15 menit dia bales, “namaku Sora,SMA kelas 3 di Surabaya, 08565xxxxxxx”, setelah aku tanya Surabaya mana, ternyata dia sudah keluar dari aplikasinya, mungkin dia pulang, karena penasaran aku catat aja no hpnya, berharap dia memang “Hinata-ku”
hehe, maksudku cinderelaku.

            Setelah itu kuurungkan semua niatku di internet, aku pulang saja mataku jg lelah, ngantuk, dirumah tiba pukul 13.16, aku langsung tidur saja, lagian ini hari minggu, keesokan harinya di sekolah aku terfikir tentang dia, aku tidak tau kenapa, padahal hanya ngobrol bentar di dunia maya itu, ini bisa jadi aku gila.

            Malam harinya aku coba sms, malam itu  dingin karena hujan, aku hanya tersudut di kamar sendirian, kegelapan menyelimutiku karena lampu mati, dwuh dasar PLN, lak gini aku enggak bisa lihat TV, tapi tidak apa – apa aku bisa sms Sora, aku ketik “met malem Sora, ini naruto, mau temenin aku tidak, disini dingin”, aku tidak tahu tapi dia cepet banget balesnya, “iya met malem, Sora mau temenin naruto, dingin ta? mau di peluk ta?”, aku membaca smsnya dengan hati loncat – loncat, dia tipe cewek yang aktif aku menyebutnya kayak gitu, langsung aku balas, “iya di peluk, biar anget, hehe”, dalam hati aku pikir dia membuka diri untuk kenal lebih dari teman.

            Seperti sebelumnya, dia merespon dengan cepat, “ih naruto genit, kita kan baru kenal”, mendapat sms itu aku langsung drop, walupun itu tulisan tapi aku ngerasa dia tersinggung, aku tidak tahu dugaanku bener atau tidak tapi mungkin aku yang sensi,,, langsung buru – buru aku tulis, “maaf aku tidak bermaksud gitu tapi aku hanya pengen kenal deket sam kamu”, dia membalas, “haha,, gak apa – apa aku suka kok tadi”, aku heran atau bingung ya,, dia di luar dugaanku, segera aku minta FBnya, ternyata dia bilang nggak punya, tapi aku tau dia bohong lagian anak sekarang aja liat teman – temannya punya, pasti dia juga pengen punya, dan akhirnya dia ngasih FBnya.

Pas aku buka aku sedikit kecewa aku hanya liat cumak ada 1 foto yaitu yang ada di foto profil saja, hanya gambar tokoh anime jepang, tapi yawdahlah, malam itu aku mulai dekat dengan dia, 4 jam lebih aku berbalas sms dengan dia, aku nggak tahu ada berapa sms di inboxku, hingga entah siapa yang memulainya, aku tanpa sadar seperti masuk ilusi Sora, dia mulai memanggilku “sayang”, akupun demikian, tapi aku tetap pakai nama NarutoX1, tapi kita sudah saling kenal luar dalam, dari keluarga, sekolah, hobi, pokoknya banyak, aku tanya ke dia, kenapa hubungan kita sampai kayak gini, padahal aku baru sms kamu 4 jam lalu, dia bilang “ aku nggak tahu naruto..”,  kita juga belum pernah ketemu, baru malam ini kita mengenal, apa hubungan ini aneh ya, tapi tanpa tahu siapa yang mengawali, kita sudah pacaran, dalam hati aku senang tapi juga di jerat perasaan ragu.

            Dia membalas smsku agak lama, sambil aku menunggu cemas, akhirnya hpku ada sms dari Sora, “Sayang, aku tidak nyesel dan tidak akan menyesal, karena aku yakin kamu sayangku, kamulah orang yang aku cari, tidak peduli orang bilang apa, walaupun kita banyak perbedaan, waktu dan jarak memisahkan, kita pasti bisa, sms itu meyakinkan aku atas semuanya, dan aku percaya dia,,,mungin ini takdir.

            Ini sudah jam 01.10, aku pikir sudah larut, besok harus sekolah, langsung aku suruh dia tidur, tapi 15 menit dia enggak bales, mungkin ketiduran.

            Malam berlalu, jam 4.45 ketika aku masih tidur hpku berdering hingga membangunkan aku, ternyata Sora telepon, aku kaget dan deg – degan, segera ku angkat, “halo”, dia langsung jawab, “met pagi sayangku, udah bangun kan, wes sholat belum? Hayo”, aku senyum sambil menahan perasaan ngantuk, “iya sayang aku langsung sholat subuh”, dia membalas kata – kataku lagi “yawdah cepet ntar mandi juga jangan lupa maem, berangkat sekolahnya ojok siang – siang yaa !!”, dia begitu semangat, aku juga terbakar semangatku, “iya Sora sayang, yawdah aku sholat, I love u, dia bilang juga “I love u2 my honey, emmuach”.

            Perasaanku tak pernah sesemangat ini, hingga terbawa ke sekolah, aku cerita teman – temanku, mereka bilang aku dibohongi, tapi aku tidak peduli, sampai dirumah aku telephone dia, dadaku langsung sesak ketika no hpnya mati, aku coba tenang, aku coba telepon lagi sore, tetap tidak aktif, malam, tetap tidak aktif, hingga besok, dan besoknya lagi, no hpnya tetap mati, aku buka FBnya tapi profilnya tidak ada alamat atau no hp lain, aku coba kirim email teman di profilnya walupun aku tidak tau mereka saling kenal ato tidak, banyak nama di daftar itu yang aku tanya tentang Sora, tapi hasilnya nihil, 2 minggu aku tidak bisa menemukan informasi apapun tentang dia, kepercayaan iu tetap utuh tapi hatiku hancur, bahkan aku belum sempat ngasih tahu namaku yang asli kepadanya, tapi kenangan malam itu masih ada di hatiku…

JIWA YANG TERSESAT

          Terjerat heningnya malam, kaku oleh sepi, mematikan rasa, terbutakan kelima indraku ketika hanya terdiam sendiri di sudut kamar berharap dia membalas pesan di teleponku “LIFSTIN” seseorang yang entah mengapa mengalihkan perhatianku sejak aku mengenalnya beberapa tahun lalu hingga terakhir aku mengatakan “Aku sayang kamu”, perasaan ini tak berubah sedikitpun, tatkala di akhir aku duduk di bangku sekolah SMK banyak terjal dan karang jadi seni di hidupku, termasuk dia.

            Kring….suara nyanyian band “Laruku” dari hpku berteriak, aku angkat karena aku tahu Lifstin memanggilku lewat media ini, “assalamu’alikum, kenapa sech sms-ku tidak pernah di bales???”, dia hanya terdiam sesaat, aku merasakan kesedihan, jeritan hasrat yang lelah mengikuti awal suaranya, “maav aku kayaknya tidak bisa sama kamu…”, sayatan  itu langsung menghujam jiwaku, kata – kata yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, terpikir semua pertanyaan untuk aku tahu kenapa ….,”kamu bosen ya sama aku?”, dia tidak menjawab tapi aku tahu air kesedihan itu mewarnai indah bening cantik wajahnya. Hatiku semakin sakit mendengarnya terbayang semua cerminan iblis dari dalam diriku.

Aku bukanlah oraang sempurna, dan aku tidak pernah mengejar mimpi itu, ketika ia memberikan hujan kasih sayangnya, menghias seni cinta kita, melukis pelangi kasih semangat untukku, aku hanya terdiam buta atas semua keindahaan hadirmu disisiku, hingga aku merasa kehilangan, penyesalan itu tertinggal berkas. Tak kuat aku mengejar waktu, meraihnya memutar masa, hanya untuk melihat senyummu. Hingga tak kurasakan air mata itu mengalir dari mataku, memenuhi malam itu dengan isak keputusasaan  di antara kami , mulai kudengar dengan suara yang terengah – engah….” Kita tidak bisa bersama lagi,,aku tidak bisa pulang lagi,,,aku sekarang sendirian, tanpa arah,, mungkin aku akan hilang selamanya atau,,hikss,,atau tersesat disini bersama ragaku yang telah beku,,hiks…”hiks,,,”hiks”.

            Semua yang ada dalam kepalaku ku keluarkan , “Lifstin,, kamu ngomong apa,,, aku tidak ngerti,, aku tau mungkin selama ini aku tidak pernah buat kamu ada disini , tapi ketika kamu pergi , aku tau kamu segalanya”…aku tidak tau apa yang telah aku katakan, semua kesedian,kecewa,putus asa, mencetak draft memory hidupku,,, dia berhenti menangis dan mencoba tenang ,,,”Honey … kamu memang sgalanya buat aku, terima kasih ya,,,aku hilang, slesai waktuku menemanimu, aku pasti kangen ,,, ingat ini ya,,,”I love you” ”,,,”ttiiit”,,,, teleponya di tutup…, jiwaku seketika berantakan, mati rasa , sekitarku seakan kosong, berapa kalipun aku mencoba metelepon dia kembali,aku hanya mendengar mesin  operator mejawab,,,,

            Takut,,dingin,,,kesepian menjerat sepanjang malam itu, hingga tanpa kusadari aku sudah melewati kematian sesat yang sulit. Jam di kamar menunjukkan 4.46, segera kakiku terpanggil untuk sholat subuh,, tetap saja perasaan tentang dia semakin kuat, aku yang tidak tahan dengan semua siksaan ini,  langsung pagi – pagi jam 6.23, segera aku pergi kerumahnya. Tiba disana sepi, seperti di tinggal mati penghuninya, langsung aku bertemu dengan ibu’nya di depan pintu, pandangannya kosong tak punya arti, seakan menggambarkan kegelapan, tapi ya sudahlah,,, “ bu’,,Lifstin ada,,,???”, heran aku melihat saat air mata itu keluar lagi dari mata ibu’ Lifstin,, “dek,,Lifstin….hiks….Lifstin … meninggal 2 hari lalu …hiks,,,aa,,”maaf,, “ibuk masih berduka,, dia sudah di makamkan di kuburan umum desa sebelah…”

            Baru aku sadari jiwa yang tersesat itu punya arti ,,, dia pergi selamanya,,, tak kutunjukan ekspresi apapun karena kesakitan dalam jiwaku sendiri tak dapat di lukiskan sampai ragaku, segala hal buruk kurasakan saat itu, mengenang indah penyesalan ku, meiniggalkan luka yang dalam dari hatiku…..aku langsung menuju makamnya di desa sebelah,, aku duduk di sampingnya dan merasakan lelahnya.

            Aku harap kamu dengar ini, kamu rasakan, kamu lihat, kamu tahu, tentang aku,,, tentang kita,,, betapa kamu sungguh berarti dalam hidupku…, kenanganan ini…abadi di hati kita,,,, segala hal buruk dan menyenangkan tehimpun arti yang membuat kita semakin kuat,,,jika aku bisa,, ku ambi semua kesakitanmu, kupindahkan dalam diriku, demi kebahagianmu…semua selesai,,, kita sampai di tujuan…biarkan aku mengantarmu hingga akhir,, terima kasih…

            Sesekali aku kesini untuk melihat senyummu,,, you’re everything, our bond, until end of time ….I LOVE YOU TOO….

            presented this short story for “LIFSTIN WARDIANTIKA