“Jangan menyusahkan dirimu sendiri, ambil aja” begitu kata mereka. Memilih, iya dalam hidup ini kita selalu dihadapkan dengan banyak pilihan. Itu kenapa ada yang bilang bahwa hidup ini bercabang, kita yakin bahwa ada versi lain dari diri kita yang dulu mengambil keputusan yang tidak kita ambil saat ini. Jujur aku tipe orang yang tidak pandai mengambil keputusan, aku merasa setiap apa yang aku pilih malah menyusahkan diriku sendiri, apa yang aku ambil berakhir banyak penyesalan. Dulu aku berpikir bahwa hidup ini harus direncanakan, tidak ada namanya surprise. Ketika aku ingin A, aku berusaha dan bersiap untuk mendapat A jauh sebelumnya. Kadang rasanya aku iri pada orang lain yang sama sekali tidak merencanakan A tetapi justru mereka yang mendapatkan A, begitu juga untuk B, C, hingga Z.
“Wait, apa kamu yakin ngga? bisa aja mereka berusaha diam – diam untuk itu?”, hmm I don’t think so fellas, iya memang ada, tapi banyak juga yang hidupnya penuh surprise. Entah bagaimana mereka juga bilang “jalani hidup, hadapi apa yang ada didepan tanpa pilih – pilih, karena hidup tidak pernah memilih kita, ia selalu menempatkan kita disituasi sulit”, mereka juga memiliki banyak penyesalan tapi mereka dapat satu kesempatan sempurna yang cepat dan tepat. Kemudian aku berpikir mereka menggunakan konsep, sedikit preparation, banyak trials, banyak hits. Sedangkan prinsipku, banyak preparation, sedikit trials, sedikit hits. Karena preparation ini aku menjadi telat kickoff dan ketika fail aku benar – benar gampang putus asa.
Bukan berarti aku menjadi the unlucky bastard, atau aku tidak bersyukur atas apa yang aku dapatkan. Mereka bilang apa yang kita inginkan bukan berarti apa yang kita butuhkan. Tapi aku masih merasa apa yang aku inginkan itu adalah kebutuhanku. Satu hal yang kita sama – sama tahu ketika sebuah keputusan diambil, selalu ada konsekuensi yang mengikuti entah baik atau buruk, puas atau tidak puas, happy ending atau sad ending. Apapun itu akan datang saatnya kita sadar apakah kita hidup sesuai yang kita inginkan. Maksudnya hidup dari keputusan kita sendiri, yang selalu kita yakini bahwa itu benar. Karena terkadang kita memilih sesuatu berdasarkan opini orang lain yang juga belum tentu cocok dengan diri kita.
—
Beberapa bulan lalu aku menerima sebuah pekerjaan freelance yang nilainya cukup besar, dengan waktu pengerjaan sekitar 4-5 bulan. Aku mengambil tawaran ini walaupun ada temanku yang mengingatkan untuk tidak mengambil, tapi karena saat itu ada kebutuhan uang yang mendesak dan ada dorongan dari keluarga akhirnya aku ambil. 3 bulan berlalu, aku tidak mendapat kepastian dari kelanjutan pekerjaan ini, karena project owner susah sekali dihubungi, sudah lewat tagihan pembayaran tahap 1 dan 2 tapi aku tidak mendapatkan apa – apa. Kita punya kontrak tapi hanya tertulis, secara hukum tidak sah, belum ditanda tangani, tidak dimiliki kedua belah pihak dan aku terlalu percaya orang tersebut. Need 3 months until I realize that he tricks me, somehow I feel sorry and angry, I’ve wasted my time and energy for nothing. I ask myself what if I did not take the job, do I have other options? aku tidak tahu, tapi ini bukan tentang pengambilan keputusan saja, anyway in the end, I get over it, blame is on me.
Beberapa minggu lalu aku mencoba melamar pekerjaan dibeberapa perusahaan, 4 perusahaan lebih tepatnya. Pekerjaan yang aku lamar ini hampir sama jobdesc-nya, tidak jauh dari web programmer atau general software engineer. Dari 4 lamaran ini, 1 tidak ada respon, 1 ditolak, dan 2 diterima. Percobaan pertama yang cukup lengkap, tidak ada respon, ditolak dan diterima. Oke fokus di 2 pekerjaan yang diterima, jadi yang mana yang aku pilih, keputusanku adalah TIDAK ADA. Terus kalau tidak ada kenapa dari awal melamar disana, apa aku tidak mempelajari dulu profile mereka hingga ketika diterima malah aku mengundurkan diri?. Tentu saja tidak, berbagai alasan memang, tapi aku akan coba meluapkan pemikiranku saat itu dan menulis apa yang aku rasakan sekarang secara singkat.
Perusahaan X pertama ini sangat membingungkan, disana aku melamar sebagai web programmer, tapi ternyata disana aku jadi UI designer, dan menjadi bagian co-founder, dan diberi kesempaan untuk bikin startup sendiri dibawah platform mereka dengan bantuan biaya dari direkturnya, bahkan kalau aku bisa Jaringan dan Bahasa inggris aku punya kesempatan kerja di singapura atau india, bagian dari perusahaan mereka juga. What? Bukannya enak?, iya tapi aku tidak siap, Karena waktu itu aku tidak berpikir kesana, dan aku tidak punya mental disana. Entah kenapa aku menyesal sekarang. Kalau aku melihat disana lingkungannya nyaman, jumlah pegawainya juga dikit, sebenarnya cocok buat aku yang introvert untuk berkembang. Tapi pada akhirnya aku tetap mengundurkan diri, pada saat yang bersamaan aku berada menjalani serangkaian test di perusahaan lainnya jadi aku masih punya harapan.
Perusahaan X kedua ini lokasinya jauh, aku mengikuti testnya dan diterima. Kalau aku sudah tahu jauh bukan pilihan lantas kenapa? Hmm pertama sepertinya aku tidak bisa kost, aku harus pulang kerumah. Kedua diperusahaan tersebut bekerja lebih dari 40 jam seminggu, termasuk hari sabtu yang menurut UU ketenaga kerjaan itu melanggar aturan Karena tidak dibayar sebagai lembur, gajinya sendiri standard seperti yang bisa didapat di kotaku. Terlebih lagi saat itu aku melamar lagi pekerjaan di kotaku yang sangat didukung kedua orang tua, dan akhirnya perusahaan ini juga aku lepaskan dengan harapan lamaran terakhir itu yang membuat semua orang di sekitarku dan aku sendiri nyaman. Kenyataannya sampai sekarang perusaan pengganti itu tidak merespon sama sekali, jadi aku melepas perusahaan X kedua ini for nothing.
Lalu aku berpikir, kenapa kesempatan tersebut tidak datang saja satu persatu? Tapi ini hanya umpatan, kalaupun kesempatan itu datang satu persatu, akupun tidak tahu seberapa banyak dan mana yang harus aku pilih bukan. Jadi sebenarnya sama saja, hanya saja aku yang bodoh. Iya kalian mungkin berpikir betapa bodohnya aku, itu juga sesuatu yang aku pertanyakan setiap bangun tidur dipagi hari. Seringkali aku menyakini aku akan hidup tanpa penyesalan atas semua keputusanku tapi aku mengingkari prinsipku sendiri karena hatiku tidak bisa berkata demikian.
Sebenarnya aku tahu apa yang mengganjal dibenakku, tapi aku tidak mau berubah, itu yang membuat aku merasa bodoh. Kalian pasti sadar berdasarkan ceritaku barusan aku berusaha membuat semua orang bahagia, merasa tidak enakan, kurang tegas. Dalam hidup ini kalian TIDAK AKAN PERNAH BISA membuat semua orang lain senang atas keputusan yang kalian ambil. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi dimasa depan atau bahkan beberapa hari kedepan tapi aku tahu keputusanku saat ini akan menjadikannya masa depan, bahwa aku sekarang adalah hasil keputusanku dulu. Sekali lagi aku tidak mengajari kalian untuk mengambil keputusan yang benar, karena aku saja tidak bisa, seperti biasa ini hanya opiniku saja. Yang aku tahu dalam hidup ini ada persiapan dan kesempatan, aku mungkin punya persiapan tapi tidak punya kesempatan, ada juga orang yang mendapat kesempatan tapi tidak punya persiapan. Apapun keputusan yang kalian ambil di dalam hidup ini, tidak akan kalian sesali kalaupun gagal ketika memberikan 100% persiapan di dalam kesempatan kalian, that’s it.
Gresik, cloudy sunday…
February 2017 © anggadarkprince.wordpress.com
Cover Image : ManXP
Satu pemikiran pada “Mengambil keputusan”