Jika aku punya mesin waktu

Tidak, aku tidak membahas mesin waktu dalam perspektif fisika kuantum. Hanya berandai andai, apa yang ingin kalian lakukan jika punya mesin waktu?. Pergi ke masa depan kah untuk melihat seperti apa kalian kelak? kembali ke masa lalu?, atau lebih memilih tidak menggunakannya?. Aku lebih memilih kembali ke masa lalu, kenapa? karena aku ingin ketemu aku yang berumur 7 tahun kemudian menatap matanya dalam – dalam, memegang pipinya lembut….. plak.. jangan alay po’o kamu ya gusti….

Kata orang manusia itu fase tumbuhnya, kecil, alay, baru dewasa, bener gak? mungkin. Dulu waktu SD aku pernah menulis surat untuk cewek yang paling populer di sekolah, tapi suratnya gak pernah tak kasihkan, dan surat itu tak simpen sampai lulus SMP, sampek aku nemu dibawah kumpulan mainan yang juga masih ada sampai sekarang (sebelum keponakan ngerusakin semua) dan surat itu udah setengah hancur kena semut dan oksidasi. Kemudian pas SMK aku suka sama cewek yang aku belum pernah ketemu, hanya komunikasi lewat SMS. Aku pernah panjangin rambut bagian samping yang dulu menurutku keren, dan ketika sekarang inget, aduh nggilani kayak kecoa ketempelan ulet bulu.

Pas kuliah LDR sama pacar, berantem di facebook yang bisa dibaca semua orang, kemudian disandikan pake bahasa arab yang di translate pake google translate. WTF, so embarrassing like hell. Nggilani super nggilani, hah cukup buat pengakuannya, walaupun masih banyak, lain kali cerita lagi. Alasan lainnya yang lebih serius jika aku punya mesin waktu, aku akan kembali ke masa lalu dan lebih rajin belajar. Kalian tahu ketika kita masih kecil, yang ada dipikiran kita cuma main dan main, kadang kita tidak tahu betapa pentingnya sekolah atau lebih utamanya, betapa pentingnya belajar entah dari sekolah dan diluar sekolah.

Aku dulu tidak tahu kenapa harus menghitung besar derajat kita terhadap ujung pohon di depan menggunakan trigonometri, kenapa aku harus menghitung kemungkinan dadu muncul yang di lempar menggunakan ilmu statistika, kenapa aku harus menghitung hambatan kereta mengerem dari kejauhan menggunakan rumus momentum. Karena aku tidak tahu makannya aku tidak suka dan belajar menjadi sesuatu yang menyebalkan, susah, reward-nya cuma dapat nilai bagus dan pujian sementara, bahkan menjadi pintar disekolah hanya tekanan untuk menjadi manusia sempurna di masa depan padahal nilai 100 di sekolah bukan apa – apa di dunia nyata. Tetap, dengan kondisiku sekarang, betapa menyesal dulu tidak mendengarkan kata – kata orang tua atau guru – guru saat itu. Time goes by, time like a sword, sharp and able to slay anyone including the one who hold it.

Pada akhirnya aku tidak pernah berharap mesin waktu benar – benar bisa ditemukan, biarlah itu hanya ada di dalam teori ilmu fisika, cerita film atau tulisan fiksi. Bukan karena alasan “playing god” atau mencederai usaha perkembangan ilmu pengetahuan, hanya saja aku ingin manusia hidup dengan kecacatannya di dalam masa lalunya untuk selalu ingat dan misteri di dalam masa depannya untuk selalu siap. Kita tidak ingin membuat cerita hidup yang sempurna karena nanti sinetron jadi gak laku dan imajinasi kita jadi terbatas, eaa.

*Btw aku punya rekomendasi film yang bagus tentang mesin waktu yang mengajari kita tentang betapa berarti hidup di momen ini, bukan di masa lalu atau masa depan, karena seberapapun besar usaha untuk merubah keadaan, akan tetap ada hitam dan pait di dalam cerita hidup ini. Coba kalian lihat The Girl Who Leapt Through Time (2006 film) dan Steins;Gate (2009 serial)

*tambahan rekomendasi lagu tentang time machine dari Girl Band korea yang populer Girl Generation dan The Click Five – Time Machine.

Gresik, fresh and exciting Monday…
February 2017 © anggadarkprince.wordpress.com

Cover Image: The Mind Trap

Satu pemikiran pada “Jika aku punya mesin waktu

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s