Dunia yang bergesekan

Pernahkah kalian  melihat orang gila? pernahkan kalian berpikir kenapa orang gila tidak peduli dengan kondisi disekitarnya? bukan hanya karena gila, tapi lebih pada sesuatu apa yang dia lihat, dunia yang dia rasakan, dunia yang dia nyaman untuk hidup. Pernahkah kalian iri dengan orang gila? Jika tidak, aku mau sedikit beropini tentang mereka. Sebelumnya aku pernah menuliskan tentang katanya bahagia itu sederhana dimana kadang hal itu hanya sebuah alasan untuk pembenaran bahwa kita benar – benar bahagia ketika kita tidak bisa mencapai kebahagiaan yang kita inginkan. Tapi mungkin dari postingan terakhir, pola pikirku sedikit berubah ketika aku sendiri mulai merasakan keruwetan dengan hidup ini.

Akhir – akhir ini aku baru sadar, ketika aku mengambil keputusan, sesuatu yang ingin aku segerakan terwujud, hal yang aku miliki, ternyata banyak dipengaruhi oleh dunia luar. Aku menyebutnya duniaku bergesekan dengan dunia orang lain. Aku percaya manusia punya keinginan tak terbatas, tapi kita tahu hal yang sama dimiliki semua manusia di muka bumi ini adalah waktu, pikiran dan tenaga, yes kita sama – sama memiliki itu. The fact is kita tidak benar – benar bisa mendapatkannya, semua hal yang tak terbatas dengan 3 resource dasar itu. Sedikit saja pasti ada, walaupun setitik keinginan yang dipicu dunia orang lain yang membuat kita terbebani. Versiku sendiri, bahagia itu relieving our burdens, jadi bagaimana caranya agar aku tidak (gila) terpengaruh dunia luar kalau begitu? hmm aku tidak tahu caranya, mungkin tidak bisa.

Bagaimana dengan orang gila? dia dengan sempurna menciptakan dunia yang tidak tertembus oleh orang lain dan tidak membiarkan dunianya bergesekan dengan dunia luar juga. Hey wait, dia kan gila! sebelum dia seperti itu, dunianya mungkin seperti kita, hingga suatu waktu bergesekan dengan parahnya hingga berakhir menjadi gila. Jadi pertanyaanku, apa aku harus gila dulu untuk hidup damai dengan duniaku sendiri? it’s little bit tricky question, tapi iya mungkin aku juga iri dengan mereka. Aku pastikan mungkin sekitar 80% mereka bahagia dan 20% mereka menahan kesakitan, saat di tolak masyarakat, saat kelaparan, saat sakit, dan mungkin saat tidak ada yang mencintai mereka, but their life flow as simple as that.

Pagi ini aku nonton Mama Dede dan Aa’ di TV, dan ada pertanyaan seperti ini “Ma apa salah kalau saya ingin sejahterah (kaya), punya rumah mewah, mobil banyak, bahagia seperti orang lain karena saya merasa hidup saya tidak ada kemajuan, ya segini – segini aja”. Pertanyaan yang mungkin ada dibenak kita juga, inilah yang aku maksud dengan dunia kita saling bergesekan, kita punya pembanding, mungkin karena ini juga kita manusia saling berkompetisi, bahkan kita terseleksi untuk menjadi siapa, bukan dia, bukan mereka, tapi kita sepenuhnya, 100% saat ini, detik ini dengan dunia kita sendiri. Kemudian jawaban mama dede kurang lebih, kalau kita mempertanyakan hal itu untuk diri kita sendiri itu normal, kita memperhatikan sekitar untuk menjadi lebih baik, hanya saja manusia biasanya melihat hasilnya saja. Kita tidak melihat bagaimana prosesnya, kita bergesekan dengan dunia orang lain yang masih terjangkau. Ada bagian yang lebih dekat ke pusat inti yang hampir mustahil untuk orang luar tahu atau mau tahu.

Jadi saat ini aku membangun pola pikir yang lebih sederhana dari sebelumnya, pertama aku sadar duniaku bergesekan dengan orang lain. Kedua, aku tidak perlu menjadi gila untuk berdamai dengan egoku, cukup sadar bagian mana yang aku perbolehkan masuk untuk mempengaruhi hidupku, sisanya aku biarkan itu menjadi blackbox. Tapi satu hal yang bisa aku dapatkan, semakin sedikit bagian dari duniaku yang bergesekan dengan orang lain, maka semakin sedikit hal yang membuatku gila.

Gresik, saturday morning in January 2017
© anggadarkprince.wordpress.com

Cover Image:

Wallpaper gallery category:life

Tinggalkan komentar