Suatu malam sepintas baca tulisan pada sebuah gambar yang kurang lebih isinya “Love your parents, we’re so busy growing up, we often forget that they are also getting old”. Sebagai anak ragil atau terakhir ada hal yang terasa cepat berlalu untuk orang tua kita. Iya, kita terlahir ketika mereka sudah mulai rapuh dan menua. Aku gak tahu apa ini juga salah – satu alasan yang katanya orang kalau anak terakhir itu yang paling disayang karena mereka harapan terakhir untuk menemani masa tua mereka. Tapi akhir – akhir ini kekhawatiran tentang mereka semakin sering muncul.
Semakin tua ayah atau ibu kita biasanya semakin rewel, aku sendiri gak ngerti kenapa orang tua kembali sifatnya seperti anak – anak. Mungkin mereka lelah dengan semua pekerjaan selama puluhan tahun, sudah waktunya istirahat sehingga mereka ingin diperhatikan, untuk berjalan saja mungkin sudah bersusah payah, sedangkan anak – anaknya telah mandiri dan sibuk dengan kehidupannya. Mungkin mereka merasa terasing di dalam keluarga, merasa tidak lagi dipedulikan oleh anak – anaknya atau karena sebab lainnya.
Menjadi anak ragil, tetap aku berharap kedua orang tuaku masih ada hingga aku mampu hidup mandiri dan tidak meninggalkan kekhawatiran kepada mereka berdua. Beberapa hari lalu bapak sakit, cuma sebentar hanya 3 hari, entah apa itu tapi beliau mengeluh dadanya sakit luar biasa, suaranya mulai hilang dan erangan yang terdengar seharian. Kemudian terdengar diantara keluhannya “Jangan mati dulu, tinggal sedikit lagi, setidaknya nunggu Angga wisuda…”, saat itu aku baru lebih sadar hidup ini bukan hanya tentang Aku yang egois, tapi juga keluargaku. Mungkin bapak khawatir Ia pergi ketika aku dan mbak, masku tidak bisa ditinggal, seperti yang aku bilang tadi tentang masih meninggalkan kekhawatiran.
Melihat orang tua menjadi tua menjadi hal yang kurang menyenangkan untuk anak ragil, disisi lain banyak orang lain yang orang tuanya pergi ketika masih muda atau bahkan sudah ditinggal sejak kecil. Yah aku tidak bisa mengcover semua cerita tentang banyak kemungkinan yang ada dihidup ini, karena bagi mereka tulisan ini terlihat egois tentunya, tidak apa – apa karena ini sebenarnya hanya untuk pengingatku.
Selain anak terakhir, aku laki – laki. Gak tau ya, mungkin gak semua anak seperti aku tapi aku tidak bisa mengungkapkan secara langsung apa yang ada dipikiranku tentang mereka, ketika merasa khawatir, ketika merasa ingin tahu, atau ketika ingin bilang sayang. Malu? mereka mungkin yang malu kalo aku bilang seperti itu. Sebenarnya keluargaku ini simple dan kolot, gak kayak keluarga di sinetron atau keluarga modern. Mereka juga gak berpikir itu perlu, terutama Bapak, beliau tidak butuh apresiasi kepada dirinya dari anak – anaknya. Beliau juga sering memberikan perhatian secara sembunyi – sembunyi seperti orang tua pada umumnya, dan memang keluargaku hanya seperti keluarga biasa pada umumnya.
Bicara tentang meninggalkan kekhawatiran, orang tuaku mungkin ingin melihat anak – anaknya bisa lepas dari mereka walaupun masih ingin diingat, mungkin mereka berharap bisa menunggu aku selesai kuliah, mendapatkan pekerjaan, menikah, punya anak dan punya rumah sendiri. Karena perasaan itu kadang ingin waktu berjalan cepat untuk kita dan berjalan lambat untuk mereka. Masih butuh waktu untuk menyelesaikan kuliah, mencari pekerjaan, dan lain sebagainya.
Tidak banyak yang bisa dilakukan dengan kondisi mereka, karena tua ini tidak bisa ditahan. Sepenggal kalimat yang membuat kita berusaha tanpa penyesalan untuk kedua orang tua kita… “Do the best everyday…”
It’s great that we love our parents, but you don’t want to die before they do. Think what that would do to your parents. No parent should ever have to go to their child’s funeral. The best thing we can do is to do well in school, work and be successful. That way you are not a burden to them in their old age and if necessary, you will be in a position to help them as needed.