Wanita dan diskriminasi gender (Seksisme)

Pernahkah disekitar kalian ada cewek bilang “cowok kok nangis”, “cowok kok nampar cewek”, apalagi belakangnya ditambahin “…pakai rok atau lipstik sana”. Ya..akhir akhir ini hal seperti itu mulai sering ada dihidupku. Judul di atas ada kata “seksis” ini nggak ada hubungannya sama kata “seksi”, dan jangan berpikir juga tentang “seks”, big No.!. Karena kata seksis ini berakhiran -is serapan dari bahasa Inggris yang aslinya memiliki akhiran -ist dan x, menghasilkan sexist. Kita biasa menyebut sexist adalah pelaku sexism, atau seorang yang seksis adalah pelaku seksisme. -Is, -isme, -ist dan -ism, ketika dihapus menghasilkan seks dan sex, yang mungkin menjelaskan kenapa kata ini susah dicerna orang Indonesia. Intinya seksis adalah diskriminasi gender. Ok, cukup untuk mukadimah dan penjelasan teknis, jadi apa seksis dan kenapa yang menjadikan secara gak sadar sebagai pelaku diskriminasi gender ini.

Jaman dulu wanita merupakan kaum yang tertindas dimana banyak hak – haknya yang dilanggar sehingga masih kebawa pandangan yang menurut mereka secara “harfiah” itu hanya dilakukan oleh kaum wanita atau pria saja, lho kan seksis bukan tentang wanita saja, tetapi juga laki – laki, misalkan “wanita itu kerjanya di dapur dan ngurus anak aja, laki – laki yang banting tulang dan kerja cari duit”, kalo ada wanita yang melakukan hal yang sebaliknya masih banyak yang melihat bahwa ada yang salah, apalagi kalo ternyata suaminya tidak bekerja. Memang kenapa kalo wanita bekerja?, kenapa kalo cowok nangis?, kenapa kalo cowok nampar cewek?, apa berarti cowok gak boleh nangis atau cewek sah – sah saja kalo mukul cowok. Cowok juga manusia biasa, memiliki kemampuan untuk mengeluarkan air mata, kalau itu harfiah, bukan anomali dari gennya kalo dia nangis, tapi memang itu adanya, dan bukan berarti cewek boleh nampar tapi cewek atau cowok memang ndak baik melakukan kekerasan fisik, kenapa harus disebut dari satu sisi.

Ada lagi yang bilang cowok itu mikirnya pake logika, sedangkan cewek pake perasaan, please, cowok bukan robot, dan cewek bukan air. Para seksisme ini membuat kita jadi terbiasa dan ikut terbawa Stereotipe, melakukan penilaian terhadap seseorang atau sesuatu hanya berdasarkan persepsi terhadap suatu kelompok, yah dalam kelompok kecil antara kaum laki – laki dan kaum perempuan, lebih jauh lagi ke SARA, seperti ada yang bilang “orang cina selalu dagang, pelit juga”, “orang madura itu kasar dan jualan sate”, “orang islam itu teroris”, dan lain sebagainya.

Kembali ke topik bahasan tentang wanita, kenapa aku fokus pada mereka karena menurutku mereka cukup menarik dalam memanipulasi diskriminasi gender menjadi sebuah senjata untuk mendapat keuntungan. Seperti yang aku bilang tadi, dulu wanita tidak punya hak untuk memilih, hak untuk dipilih dan hak memiliki pendiddikan yang tinggi, kemudian Ibu Harum (red: R.A Kartini) memperjuangkan agar wanita diperlakukan sama, akhirnya saat ini mereka bisa memilih, dipilih dan memiliki pendidikan yang tinggi kemudian wanita memiliki peran penting di berbagai hal, lalu munculah istilah emansipasi wanita. Tapi hal lucu terjadi lagi dimana sekarang yang katanya wanita dan laki – laki punya derajat sama, kenapa kalian wahai kaum wanita terkadang merendahkan diri kalian. Misalkan dalam sebuah kelompok heterogen akan dipilih pemimpin atau ketua, sering terjadi di sekolah, kampus, atau organisasi, ketika wanita berpikir menjadi pemimpin merugikan mereka, harus ini itu, banyak kerjaan, mereka cukup bilang “Ketua kok cewek, kan harusnya cowok, lebih tegas bisa ngatur yang lain, kelompok lain juga cowok kan…”, and you safe, enjoy your time. Ketika kalian merasa diskriminasi itu datang dan kalian mengiginkan posisi itu silahkan berteriak “Lho kok gitu, masak cewek gak bisa jadi ketua, kan ndak adil, katanya emansipasi wanita, kesetaraan gender, jangan seksis gitu”, well you’re hero of women. See,,, sering banget kan ketemu hal kayak gini, bukannya aku membela kaumku sebagai laki – laki, tapi karena wanita dulu adalah korban yang sekarang udah bebas tapi kenapa hal tersebut bisa dibolak balik seakan wanita mau ambil bagian terbaiknya aja.

Ngingetin waktu KKN dulu, kebanyakan Kordes dan Korcam pasti cowok, hanya beberapa yang cewek, dari pemilihan Kordes itu aku yakin ada di benak beberapa wanita tentang hal di atas. Yah tentu saja ada yang dipilih dengan mempertimbangkan kompetensi wanita tersebut untuk menjadi seorang pemimpin ketika yang lain gak ada yang bisa diandalkan. Memang aku ndak bisa bilang kalian sengaja merendahkan diri kalian, seperti saat kalian keluar dengan pasangan entah makan, nonton, belanja, coba tebak siapa yang bayar?, buat aku tidak masalah kalo memang cowoknya punya inisiatif dan gak keberatan, yah walaupun aku tau di otak para cowok termasuk aku (red:bajingan) paling karena punya pride yang gak bisa diturunkan :D. Tapi kenapa kayak gitu? yang parah adalah kalo ceweknya bilang “Masak cewek yang bayar, cowok donk, lagian cowok kan tulang punggung, cewek tulang rusuk, jangan jadikan tulang rusuk jadi tulang punggung nanti bisa patah…” ada kan yang berpikir gini…ada… sebelumnya aku nanggepin dulu tentang tulang rusuk, sebenernya cuma Hawa aja se yang diciptakan dari tulang rusuk nya Adam makannya jumlah tulang rusuknya Adam kurang satu, tapi manusia yang sekarang punya tulang rusuk lengkap dan juga punya tulang punggung masing – masing, hehe I know it’s metaphor, btw sorry OOT.

Nah sekali lagi apa memang harus gitu kalian wanita menempatkan diri kalian di sistem Patriarki, dan gak mau tau karena cowok yang harus bayar gimanapun keadaannya. Patriarki itu sistem strata sosial di masyarakat yang menempatkan derajat laki – laki itu lebih tinggi dari wanita. Dalam kasus kayak gitu bukannya laki – laki yang diuntungkan tapi malah dirugikan. Aku juga gak mendukung sistem Feminisme mereka wanita yang merasa bebas dan keluar dari belenggu laki – laki, boleh dibilang implementasinya kebalikan dari patriarki, karena keduanya dirugikan baik cowok atau cewek. Kalian bisa patungan atau gantian bayar dan jauhkan pikiran tentang cowok harus bayar, yah kita cukup baik dan loyal untuk melakukan yang terbaik untuk wanita dan gak perlu dipaksa dan ditegasnya karena persepsi kalian itu menyakitkan. Wanita setidaknya bisa jadi tulang punggung untuk dirinya sendiri, hey please be a miss independent for better woman!.

Aku sendiri masih gak bisa lepas dari kebiasaan menilai sesuatu secara stereotipe atau sering juga menjadi pelaku seksis. Sering aku menganggap wanita itu makhluk yang lemah dan rapuh dalam konteks aku prihatin bukan menghina. Kebiasaan – kebiasaan ini akan susah dihilangkan dari masa ke masa, karena sejarah. Kalau jaman dulu laki – laki yang mendapat diskriminasi kemudian ada pahlawan R.M Kartono (kebalikan R.A Kartini misalkan) mungkin tulisanku kali ini banyak ke sudut pandang cewek untuk kelakuan cowok :).

Tulisan ini aku buat dari banyaknya hal – hal aneh disekitarku tentang omongan – omongan temen – temen kampus di social media. Pengennya fokus tapi akhirnya tulisannya kemana – kemana hehe.

They don’t need a man to complete themselves, so encouraging people and shout it out “being Miss Independent is no mistake at all”

4 pemikiran pada “Wanita dan diskriminasi gender (Seksisme)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s